KOLOM PAKAR
Sinergi Pelaku Hospitality dan Pemerintah

Oleh: Fairus Sungkar, VP Hospitality PT Patra Jasa
Berbicara tentang bisnis hospitality, secara umum pertumbuhan masih bagus meski persaingan bisnis luar biasa ketat. Persaingan yang mudah dilihat, mereka membangun banyak hotel di berbagai tempat sehingga brand hotel mereka menguat. Bahkan sekarang sudah ada AirBnB dan apartemen yang disewakan secara harian. Kalau pun ada hotel-hotel asing yang juga beroperasi di Indonesia memang merupakan pesaing, namun tingkatannya berbeda, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan.
Agar hotel mampu bersaing dibutuhkan kepiawaian dalam memilih dan menerapkan strategi. Di antaranya dengan membuat standar pelayanan yang baru untuk pengelolaan hotel. Mula dari uniform dan greeting diseragamkan, serta dibuatkan standar kontrol untuk karyawan.
Sedangkan berbicara bisnis hospitality pada 2018, pada semester pertama 2018 terdapat bencana letusan Gunung Agung yang efeknya masih terasa selama tiga bulan pertama 2018. Yang terdampak adalah wilayah Bali dan sekitarnya. Begitu pula secara umum, bisnis hotel selama semester pertama 2018 memang terasa sepi. Terutama pada bulan Puasa (Ramadan) dan Hari Raya Idul Fitri. Jadi, pada semester pertama 2018 kondisi bisnis hospitality agak terpuruk sehingga pengelola bisnis hotel dituntut mampu bertahan.
Selanjutnya, kalau kita melihat growth bisnis hospitality pada semester kedua 2018 kondisi bisnis mulai membaik. Kalau kita berbicara mengenai bisnis hotel, pasar dari sisi goverment mulai banyak masuk, terutama pada tahun politik. Banyak terdapat kegiatan politik seperti rapat-rapat, sehingga bisnis hotel, baru mulai bertumbuh pada semester kedua 2018.
Sementara untuk market overseas (wisatawan luar negeri) pada 2018 terjadi travel warning dari beberapa negara sehingga membuat bisnis hotel ikut terpuruk. Juga terjadi perang harga, di mana negara China mengeluarkan harga pariwisata sangat murah sehingga memunculkan gerakan boikot. Dampaknya, market hospitality kita bergeser. Kalau pada awal 2017 banyak wisatawan dari China dan Taiwan, maka pada 2018 menurun. Unuk itu dibuatlah strategi agar bisnis hospitality tidak terlalu terpuruk dengan cara memperkuat market dari middle east. Pasar wisata dari India, Australia, Eropa, mulai digarap lebih optimal sehingga bisa masuk ke Indonesia. Perusahaan berusaha merubah market dan tidak berhenti hanya menggarap satu market saja.
Sedangkan untuk pasar goverment dan corporate dilakukan upaya efisiensi lantaran kondisi perekonomian Indonesia menunjukan penurunan pada 2018. Maka dibuatlah kebijakan harga yang bisa menggangkat pendapatan perusahaan. Secara industri hospitality, tahun 2018 memang cukup menantang namun masih ada harapan. Misal, Patra Hotel dan Resort masih mampu achieve pada 2018. Bahkan pada 2019, bakal membangun hotel antara lain di Cirebon, Dumai, Yogyakarta, Puncak (Jawa Barat) dan pulau Bira.
Pada intinya, pelaku bisnis hospitality masih optimistis pada tahun 2019. Hanya saja mereka harus menerapkan strategi yang tepat. Pilihan strategi pun tidak boleh salah karena tingkat persaingan di bisnis hospitality di Indonesia juga luar biasa ketat. Kalau kita lihat, terdapat sejumlah brand hotel yang tidak cukup besar, tetapi merajai. Horizon dan Dafam, misalnya, mereka terus tumbuh bahkan pada area kecil pun mereka membangun hotel sehingga brand mereka bisa berada di mana pun.